Laman

Senin, 21 Maret 2011

PUISI CINTA UNTUK NENEK

PUISI CINTA UNTUK NENEKANDA (Ketika Jatah Hidupku Berkurang Satu,...Aku Ingat Nenek(yang Aku panggil sehari-hari dengan panggilan Mak..!karena Aku sedari kecil kitika Aku berumur 3 tahun Ibu telah tiada dipanggil yang kuasa dan Bapakku pergi mencari pengganti Ibu…? Jadi Aku sebagai anak-anaknya tidak mengenal mereka sedari kecil…yang kutahu adalah Mak…atau nenek yang kusayang…)
Oleh ; Iwan Darwis pada 10 Februari 2011 jam 09:07
(Papah Saya bernama : Iwan Darwis)

(...Maaf...tak ada roti..hanya sepotong puisi yg bisa kubagi-bagi...)

Mak…!
Selalu saja yaa…
Setiap kali JATAH HIDUPKU KEMBALI BERKURANG SATU….: aku ingat Mak…
Dan, masih pula, seperti dulu….:Aku tak pernah kenal TIUP LILIN, ROTI KEJU dan BAJU BARU itu….
Anak-anakku JUGA BEGITU, Mak...
Bukankah dulu, Ibuk/Papa.. hanya sempat mengajarkan tentang KESEDERHANAAN padaku…? Lalu beliau PERGI BEGITU CEPAT  dalam hidup kita ketika aku masih manjadi kanak-kanak yang lugu….
Selebihnya;…ya, aku BERGAYUT pada Mak…

Dan kini, SELALU SAJA, terkenang hanya Mak....
Ketika hari kehadiranku ke dunia kembali berulang,
Seketika, seraut wajah Mak.. lah yang kembali MEMBAYANG…
Raut yang sarat dengan GURATAN KEHIDUPAN....
Raut yang terukir MANIS GETIR PERJUANGAN yang berbungkus KESABARAN…
Raut yang selalu TERSENYUM dalam jalan panjang MENDAKI, BERLIKU dan penuh TANJAKAN…
Raut yang tak kenal kata bentakan..cubitan..tapi beruntai PETUAH dan KEBIJAKAN.…
Raut yang tak jarang membuat kristal bening di sudut mataku kembali menggenang, bergulir dan jatuh ke sajadah yang terbentang ketika aku sujud tengah malam..….

MAAFKAN aku ,Mak....

Begitu lekat terpahat dalam ingatanku…
Bertahun- tahun silam…
Ketika aku JAUH di luar kota..
Ketika aku tengah GILA dengan dunia kerja di tanah Melayu sana..…
Ketika  berkali-kali  di hari  Lebaran kita tak kan berjumpa…
Ketika aku tak sempat berlama-lama kumpul sanak saudara dan Mak.. tercinta…
Ketika itu……: MAK…PERGI UNTUK SELAMANYA…MENINGGALKAN  KAMI  PULA YANG  MASIH  TERLALU  KECIL DAN MASIH BUTUH PERLINDUNGAN DAN KASIH SAYANG  DAN TERASA   ALAH  PUTUIH  TALI TAMPEK  BAGANTUANG,  KAMA BADAN  KADITOMPANGKAN ”
Dihadapan  jasadmu yang  terbujur  kaku kami bersaudara bersimpuh dengan air mata yang terurai sambil berdoa semoga Mak…diterima disisi yang kuasa  ; MAK… TELAH TIADA…!
Tak ada kata-kata  yang bisa terucap dari bibir-bibir  mungil itu ....lantai kuberpijak serasa bergoyang hati dan bibir kaku bagaikan es...
Bagai petir disiang bolong, itulah saat dimana aku serasa KEHILANGAN SEPAROH DARI NAFAS ku…

Tahukan Mak…, dikala itu …
malam sehabis magrib.....aku MENJERIT TERISAK di atas Bus Antar Kota…?
Berpuluh mata MENATAP IBA seketika…
Pukul tiga, mejelang pagi…
kumasuki gerbang Bukittinggi yg masih berselimut embun pagi...
Di pagar rumah aku DIPAPAH TIGA LELAKI…
di bingkai pintu aku TERKAPAR TAK SADARKAN DIRI…..
Ibuuuu…maafkan akuuuu…. …!!!
hanya itu salam yg kuteriakkan saat melangkah di pintu rumah..…
Ibu tentu tak pernah tahu semua itu ..karena saat kusingkap ujung kain itu…ibu tengah TERSENYUM MEMBUJUR KAKU..
tertutup berselimut kain panjang…MENGHADAP ILLAHI….

MAAFKAN aku Buuu…..!
Sepotong jeritan lirih PENUH SESAL tak henti ku gumamkan dalam keping hati dengan cucuran air mata tumpah tercurah..
Sampai menjelang pagi….
TIGA KALI aku tak sadarkan diri…

Buuu… dari lima anak lelakimu, kenapa cuma aku yang TAK SEMPAT membisikkan ketelingamu kata maaf ketika ajal menjemputmu…?
KENAPA IBU PERGI…..DISAAT AKU PERGI...?

Semestinya KATA SESAL tak terbisik dalam hatiku....
Semestinya RATAP LIRIH tak tergumam dari bibirku…
Semestinya kata maaf pada Ibu TAK PERNAH PUTUS dalam setiap hela nafasku…
Tapi semua itu tTAK SEMPAT kulakukan sebelumnya, Bu..…
ITULAH KESALAHANKU…..

Ibu memang TAK PERNAH mengajariku untuk MENANGIS SAAT TERSAKITI.…
Ibu tak pernah membiarku mengenal kata DENDAM SAAT DIBOHONGI...
Ibu selalu mengajarku menguras peluh dan TAK HENTI UNTUK MENGAYUH…
Ibu memang tak pernah ingin aku MENGELUH apalagi MENGADUH….
Ibu selalu mengajariku untuk MERASA CUKUP dalam KETERBATASAN DIRI yang rapuh…

“Kalaupun kau ingin menangis, anakku…janganlah sekali-kali kau menangis tersebab kelemahanmu di depan manusia…tapi menangislah karena, betapa lemah dan tak berdaya nya dirimu hadapan-Nya……
Bukankah begitu pesan Ibu dulu…?

Dan kini, disaat hari kehadiranku ke dunia kembali berulang…
Saat dimana JATAH USIAKU kembali BERKURANG...
Seraut wajah tenang milik Ibu lah yang kembali MEMBAYANG…
Wajah perempuan yang tlah MEMINJAMKAN LORONG RAHIMNYA untuk mengantarku ke dunia fana yang garang…
Seraut wajah yang selalu membuat kristal bening di sudut mataku selalu menggenang, bergulir dan jatuh ke sajadah panjang ketika aku sujud tengah malam…..

“Ibuuuu…MAAFKAN Akuuu...!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar